Secara umum, pola budidaya perikanan
air tawar yang dilakukan masyarakat di Indonesia, dapat digolongkan atas 3
pola, yaitu :
- Pola budidaya tunggal (monoculture), dimana dalam satu
unit lahan usaha hanya satu jenis ikan yang dipelihara.
- Pola budidaya campuran (polyculture), dimana dalam satu
unit lahan usaha, jenis ikan utama dipelihara bersama-sama dengan
jenis-jenis ikan lainnya. Jenis-jenis lain yang dipelihara bukan pemangsa
ikan utama dan sebaliknya
- Pola budidaya diversifikasi, dimana dalam satu unit
lahan usaha terdapat beberapa subsistem budidaya dari beberapa jenis ikan
yang dipelihara, baik pola tunggal maupun campuran bersama dengan usaha
budidaya komoditi pertanian lainnya
Adapun asumsi pola budidaya yang
digunakan dalam penyusunan pola pembiayaan ini adalah pola budidaya tunggal.
Dengan demikian, ikan yang dipelihara dan kemudian di panen hanya satu jenis
ikan yaitu ikan gurami berupa benih dan ikan gurami konsumsi.
Ikan gurami (Osphronemus gouramy,
Lacepede) merupakan ikan tawar keluarga Anabantidae. Ikan ini mempunyai bentuk
badan pipih dan lebar. Pada ikan yang sudah dewasa, lebar badannya hampir dua
kali panjang kepala atau ¾ kali panjang tubuhnya. Bentuk kepala ikan gurami
yang masih berusia muda lancip ke depan, dan setelah tua menjadi dempak. Warna
tubuhnya terutama di bagian punggung adalah merah sawo sedangkan pada bagian
perut berwarna kekuning-kuningan atau keperak-perakan. Sepasang sirip perut
gurami akan mengalami perubahan menjadi sepasang benang panjang yang berfungsi
sebagai alat peraba. Sirip yang keras menempel pada punggungnya sedangkan garis
rusuknya menyilang di bagian bawah sirip punggung. Panjang tubuh maksimum 65
cm.
Strain gurami yang dikenal
masyarakat cukup banyak dan bervariasi dimana antar strain dibedakan
berdasarkan kemampuannya dalam memproduksi telur, kecepatan tumbuh dan bobot
maksimal yang bisa di capai setelah dewasa. Namun demikian belum ada penetapan
strain gurami yang standar dari instansi yang berwenang. Beberapa yang dikenal
dalam masyarakat adalah gurami blue safir, paris, baster dan batu.
Ikan gurami merupakan ikan yang
relatif lambat pertumbuhannya dan baru mencapai kematangan telur sekitar umur 2
tahun. Ciri-ciri yang membedakan antara ikan gurami betina dan jantan adalah sbb :
Tabel 4.1.
Ciri-ciri Ikan Gurami Betina dan Jantan
Betina
|
Jantan
|
Dahi
dempak (papak)
|
Dahi
menonjol
|
Dasar
sirip dada gelap kehitaman
|
Dasar
sirip dada terang keputihan
|
Dagu
keputihan sedikit coklat
|
Dagu
kuning
|
Jika
diletakkan pada tempat yang datar ekor bergerak-gerak
|
Jika
diletakkan pada tempat datar ekor akan naik
|
Bentuk
bibir tipis
|
Bentuk
bibir tebal
|
Untuk menjamin kualitas ikan
konsumsi yang baik, perlu penyediaan induk unggul karena dari induk unggul akan
menghasilkan benih unggul pula. Induk unggul dan benih dapat diperoleh dari BBI
atau dari Unit Pembenihan Rakyat (UPR). Di Banyumas, induk unggul oleh BBI
setempat digolongkan ke dalam empat kriteria induk yaitu unggulan 1, unggulan
2, unggulan 3 dan unggulan 4 yang dibedakan berdasarkan pada frekuensi memijah
dan banyaknya telur yang dihasilkan. Penyediaan induk unggul oleh BBI dapat
menjamin kualitas induk yang dipelihara oleh pembudidaya yang selanjutnya
mempengaruhi produksi telur dan benih ikan. Untuk memperbaiki mutu induk yang
dihasilkan dilakukan perbaikan genetik induk dengan cara perkawinan silang (cross
breeding) untuk menjamin pertumbuhan dan daya tahan yang tinggi terhadap
penyakit, dan tidak diperkenankan perkawinan satu turunan (in breeding).
Memilih induk yang baik dilakukan dengan memperhatikan ciri-ciri sebagai
berikut :
Tabel 4.2.
Ciri induk gurami betina dan jantan yang baik
Betina
|
Jantan
|
Warna
badan terang
|
Warna
badan gelap
|
Perut
membulat
|
Perut
dekat anus lancip
|
Susunan
sisik teratur
|
Susunan
sisik teratur
|
Badan
relatif panjang
|
Gerakannya
lincah
|
Umur
mulai dipijahkan 2 tahun
|
Umur
mulai dipijahkan 2 tahun
|
SYARAT LOKASI USAHA
Untuk mendapatkan kualitas ikan
gurami yang optimal, maka berikut ini adalah persyaratan minimal yang harus
dipenuhi
- Dilaksanakan di dataran rendah pada ketinggian 20 – 400
m dpl
- Kuantitas dan kualitas air mencukupi. Kualitas air yang
dibutuhkan yaitu air tenang, bersih, dasar kolam tidak berlumpur
(kekeruhan air 40 cm dari permukaan air), tidak tercemar bahan kimia
beracun dan limbah (kadar NH3 tidak lebih besar dari 0,02%),
kemasan air (pH) 6,5-8. Apabila pH di bawah 6,5 maka untuk menaikkan pH di
lakukan pengapuran dengan CaCO3, sedangkan apabilah pH diatas 8
maka untuk menurunkan dilakukan pemupukan dengan pupuk kandang.
- Tanah tidak berporous dan cukup mengandung humus. Tanah
yang tidak berporous dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor,
sedangkan perbandingan antara tanah liat dan pasir kurang dari 60%:40%.
- Kemiringan tanah 3%-5% untuk memudahkan pengairan kolam
- Temparatur optimum 25-30oC
- Kandungan oksigen dalam > 2 ppmHabitat ikan gurami adalah rawa, sungai, telaga dan kolam. Sedangkan pemeliharaan oleh pembudidayaan biasanya di kolam.
TAHAPAN BUDIDAYA
Budidaya ikan gurami dapat dibagi
dkedalam beberapa tahapan berikut
- Pendederan 1 (D1) : pemeliharaan benih 0,5 gram hingga
mencapai berat 1 gram selama 1 bulan
- Pendederan 2 (D2) : pemeliharaan benih 1 gram hingga
mencapai berat 5 gram selama 1 bulan
- Pendederan 3 (D3) : pemeliharaan benih 5 gram hingga
mencapai berat 20-25 gram selama 2 bulan
- Pendederan 4 (D4) : pemeliharaan benih 20 -25 gram
hingga mencapai berat 75-100 gram selama 2 bulan
- Pendederan 5 (D5) : pemeliharaan benih 75 -100 gram
hingga mencapai berat 200 -250 gram selama 3 bulan.
- Tahap pembenihan yang mencakup tahap pemijahan,
penetesan telur dan perawatan larva. Telur yang telah menetas dari induknya
dipelihara hingga menjadi larva dengan berat 0,5 gram selama 1 bulan.
- Tahap pendederan yaitu tahap pemeliharaan benih gurami
sejak 0,5 gram sampai menjadi berat 200-250 gram yang siap dibesarkan.
Penderan dibagi kedalam 5 tahap sebagai berikut :
- Tahap pembesaran yaitu pemeliharaan benih 250-250 gram
hingga mencapai ukuran konsumsi dengan berat lebih dari 500 gram selama 3
bulan.
Selain tahapan budidaya sebagaimana
tersebut diatas, ada pula yang membagi tahapan pendederan dalam 3 tahapan saja
berat 1 gram hingga mencapai berat 20-25 gram.
Alasan membagi budidaya ikan gurami
dalam tahapan tersebut diatas adalah :
- Membudidayakan ikan gurami sampai dengan ukuran
konsumsi memakan waktu cukup lama sehingga perolehan hasil usaha dirasakan
cukup lama.
- Permintaan produk untuk setiap tahapan (dalam bentuk
telur, benih dan ikan ukuran konsumsi) cukup tinggi
- Keterbatasan modal dan lahan usaha apabila pembudidaya
harus melaksanakan tahapan dalam satu siklus penuh
Dengan demikian maka pembagian
tahapan ini membantu pembudidaya dalam hal ini :
- Mempersingkat masa panen
- Menghasilkan pendapatan pembudidaya dengan keuntungan
yang cukup memadai
- Menurunkan resiko kegagalan panen
Adanya tahap budidaya tersebut dapat
membuka peluang usaha budidaya ikan gurami yang cukup luas sejak pembenihan
sampai dengan pembesaran yang berkaitan antara satu dengan yang lain dalam satu
sistem budidaya ikan gurami, sebagaimana digambarkan pada Skema 4.1.
Skema
4.1. Sistem budidaya ikan gurami :
Tahapan, lama pemeliharaan dan produk yang dihasilkan
TEKNOLOGI TEPAT GUNA
Tingkat teknologi yang digunakan
untuk budidaya ikan gurami umumnya di klasifikasikan ke dalam 3 jenis yaitu
tradisional, semi intensif dan intensif, namun tidak ada batasan yang pasti dan
jelas antara ketiga tingkat teknologi tersebut karena penggolongannya hanya
dilakukan melalui perbedaan ciri-cirinya saja. Kebanyakan yang dilakukan
masyarakat adalah teknologi tradisional dan semi intensif. Klasifikasi
teknologi tersebut berpedoman pada Sapta Usaha Perikanan yang meliputi :
- Pengolahan lahan
- Pengairan
- Pemupukan/pemberian pakan
- Penyediaan benih atau induk yang unggul
- Pencegahan hama dan penyakit
- Panen
- Perbaikan manajemen usaha tani
Ciri-ciri penggunaan teknologi
tradisional adalah hanya mengandalkan pada kondisi alam saja, pemberian pakan
secara alami, pemeliharaan ikan gurami dimaksudkan hanya sebagai tabungan saja
dan dipanen setahun sekali dalam rangka memenuhi kebutuhan hari lebaran/hari
besar. Sedangkan ciri-ciri teknologi semi intensif adalah sedikit banyak telah
melaksanakan kegiatan budidaya sesuai dengan Sapta Usaha Perikanan misalnya
dalam hal pakan telah menggunakan pakan buatan disamping pakan alami dan telah
dilakukan pengaturan kualitas air, namun belum secara terukur dan terkontrol.
Ciri-cir teknologi intensif adalah mengacu pada Sapta Usaha Perikanan dan
dilakukan secara terkontrol.
TEKNIS BUDIDAYA
Budidaya ikan gurami memerlukan
kolam penyimpanan induk, kolam pemijahan, kolam/bak penetasan dan pemeliharaan
benih, kolam pendederan, kolam pembersaran dan kolam pemberokan (penyimpanan
sebelum di pasarkan). Sebelum dilakukan kegiatan budidaya, perlu dilakukan
pembuatan kolam yang meliputi antara lain pembuatan pematang, saluran pemasukan
air dan saluran pembuangan air, pintu pematang air, pintu pembuangan air, caren
dan kowean (sering pula disebut kemalir dan kobakan), serta pengolahan dasar
kolam dengan pupuk dan kapur. Setelah kolam siap untuk digunakan, baru
dilakukan kegiatan pembenihan, pendederan dan pembesaran ikan gurami.
(1) Persiapan kolam
Tahap persiapan kolam untuk
pembenihan, pendederan maupun pembesaran prinsipnya hampir sama, hanya
dibedakan pada padat tebar dan jenis pakan yang diberikan serta ketinggian air
yang dibutuhkan. Konstruksi kolam dan pengolahan lahan pada setiap tahap sama.
Foto
2 : Kolam Pembesaran di Bogor.
Di sekitar kolam biasanya ditanami pohon sente sebagai salah satu bahan pakan
ikan
Foto
3 : Bak Kontrol.
Berguna untuk mengatur kuantitas dan kebersihan air yang masuk ke dalam kolam
a. Pembuatan kolam
Bentuk pematang dibuat trapesium yaitu
lebih lebar di bagian bawah, dengan kemiringan sebaiknya tidak lebih dari
45°C. Untuk membuat kolam dilakukan pencangkulan guna membalik tanah
dasar dengan “keduk teplok”, yaitu memperdalam saluran dan pemetakan kolam yang
sekaligus memperbaiki pematangnya, sehingga ketinggian air kolam nantinya
mencapai 60 m. Kowean dibuat di tengah kolam dengan ukuran 1×1x0,4 m dan diberi
tanggul sehingga merupakan kolam kecil di dalam kolam (Lihat skema 4.2.).
Kowean berfungsi untuk melepaskan benih berat 0,5 gram pada saat penebaran dan
tempat unuk menangkap ikan saat panen. Setelah itu membuat caren dengan lebar
30 cm dan dalam 30 cm, yang berfungsi sebagai tampat pengumpulan benih pada
saat air kolam dangkal atau surut dan untuk menggiring benih ke kowean saat
panen
Skema
4.2. Konstruksi kolam pendederan ikan gurami
Pada saat persiapan pembuatan kolam
dilakukan juga pengeringan dasar kolam. Setelah dasar kolam kering, diberikan
kapur dengan dosis 100-200 gr/m2 dan pupuk kandang 500-1.000 gr/m2. Pupuk
kandang yang cukup baik untuk digunakan adalah kotoran ayam karena memiliki
unsur hara yang lengkap untuk menumbuhkan pakan alami, mudah terurai dan
kandungan amoniaknya tidak terlalu tinggi. Pemupukan dilakukan untuk
menyuburkan tanah sekaligus menumbuhkan pakan alami seperti Fitoplankton,
Zooplankton dan Bentos yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan larva dan benih
ikan gurami. Setelah itu dilakukan pengisian air dan dibiarkan selama 7 hari
untuk memberi kesempatan pupuk terurai dan menumbuhkan pakan alami bagi benih
gurami. Persediaan pakan alami ini dapat memenuhi kebutuhan benih ikan selama
11 s.d 14 hari. Di dasar kolam dekat pintu pemasukan air sebaiknya ditanami
ganggang Hydrilla verticilata sebagai tempat berlindung dan mencari makan benih
ikan gurami.
(2). Pembenihan
a. Tahan pemijahan
1). Pemeliharaan induk
Induk-induk disimpan dalam kolam
penyimpanan induk. Seekor induk membutuhkan luas kolam kurang lebih 5 meter
dengan dasar kolam berpasir dan kedalaman air sekitar 75-100 cm. Pakan yang
diberikan adalah daun-daunan sebanyak kurang lebih 5% dari berat populasi dan
pakan diberikan pada setiap sore hari. Makanan tambahan dapat diberikan berupa
pelet sebanyak 0,5-1% dari berat populasi. Pemberian pelet untuk induk dibatasi
untuk mencegah timbunan lemak pada induk karena dapat mempengaruhi jumlah telur
yang dihasilkan. Ukuran berat induk jantan sekitar 2-3 kg/ekor dan induk betina
2-2,5 kg/ekor. Induk gurami dapat dipijahkan 2 kali dalam setahun selama usia
produktif (5 tahun) . Induk gurami dapat dipijahkan tidak lebih dari 10 kali
karena jika lebih dari 10 kali memijah dikhawatirkan fekunditas (yaitu daya
tetas telur menjadi larva), rendah dan mortalitas telur dan benih yang
dihasilkan meningkat.
2). Penebaran induk dan proses
pemijahan
Setelah proses pematangan gonad
(yaitu organ hewan yang menghasilkan sperma dan telur) di kolam penampungan
telah mencapai puncaknya, induk dimasukkan ke dalam petak kolam pemijahan. Luas
kolam yang diperlukan untuk pemijahan adalah kurang lebih 20 m2 per pasang
induk yang terdiri dari 1 ekor pejantan dan 3-4 ekor betina. Untuk mengetahui
apakah induk telah siap memijah dapat diketahui dari ciri-ciri sebagai berikut
:
Induk betina
- Bagian perut belakang sirip dada kelihatan menggembung
- Sisik -sisik agak terbuka
Induk jantan
- Kedua belah rusuknya bagian perut membentuk sudut tumpul
- Tingkahnya sangat agresif
Foto
4 : Kolam Induk.
Kolam induk yang luas dapat disekat menjadi beberapa bagian dengan menggunakan
pagar bambu
Induk jantan akan membuat sarang
setelah 15-30 hari dilepaskan dalam kolam pemijahan. Oleh karena itu
dipersiapkan perlengkapan kolam pemijahan terdiri dari sosog, anjang-anjang dan
bahan sarang. Sosog sebagai tempat sarang terbuat dari bambu yang dipasang di
bawah permukaan air. Anjang-anjang adalah tempat meletakkan bahan sarang yang
terbuat dari bambu dengan lubang anyaman 10×10 cm di pasang di atas permukaan
air. Bahan sarang berupa ijuk halus, serabut kelapa atau serat karung. Satu
ekor jantan dapat membuat 2 buah sarang. Pembuatan sarang berlangsung selama 1
minggu.
Pemijahan berlangsung sekitar 2 hari
setelah pembuatan sarang. Induk gurami betina melepaskan telurnya ke sarang dan
induk jantan menyemprotkan spermanya sehingga terjadi pembuahan. Telur-telur
yang jatuh ke dasar kolam di ambil oleh induk jantan dengan mulutnya kemudian
di masukkan dalam sarang. Pemijahan berlangsung 2-3 hari dan sementara
pemijahan berlangsung induk betina menjaga sarang. Sarang yang berisi telur
kemudian ditutup dan di jaga oleh induk jantan. Untuk menjaga sirkulasi dan pasokan
oksigen ke dalam sarang, induk betina menggerak-gerakkan sirip ekor ke arah
sarang. Satu ekor betina dapat menghasilkan 3.000-4.000 butir, bahkan ada yang
mencapai 10.000 butir telur. Tanda telah terjadi pemijahan adalah terciumnya
bau amis dan permukaan air di atas sarang terlihat berminyak.
b. Penetasan telur
Telur dapat diambil 1 hari setelah
pemijahan. Telur-telur ini kemudian dipisahkan dari sarangnya dan dicuci dengan
air bersih untuk menghilangkan lemak yang menempel pada telur kemudian ditetaskan
dalam wadah yang sudah disiapkan. Telur dapat menetas dalam waktu 30-35 jam
setelah dilepaskan induknya. Penetasan telur dapat dilakukan di bak plastik
berdiameter 60 cm. Bak dapat diisi sampai 1.000 butir. Benih yang baru menetas
mendapat makanan dari sisa-sisa kuning telur yang ada pada tubuhnya. Setelah
cadangan makanan tersebut habis (± 10 hari), larva baru diberi pakan berupa
pakan alami (misalnya tubifex) secukupnya dan dipelihara hingga menjadi larva
dengan berat 0,5 gram selama ± 30 hari.
Perawatan larva juga dapat dilakukan
di kolam sawah sebagai pernyeling di sawah pada sistem mina padi dengan cara
mengambil larva yang berumur ± 7 hari yaitu menjelang kuning telurnya habis.
Larva di tebar di sawah dengan kepadatan 10 ekor/m2 dan dapat dipelihara selama
1 bulan.
Foto
5 : Telur.
Telur ikan gurami sudah dapat diperjualbelikan
Foto
6 : Telur yang Telah Menetas Menjadi Larva
(3). Pendederan
a. Penebaran benih
Sebelum benih ukuran 0,5 sampai 25
gram ditebar terlebih dahulu dilakukan pemilihan benih yang berkualitas baik
untuk menjamin kualitas produksi ikan yang dipelihara. Dalam pemilihan benih
tebaran yang perlu diperhatikan antara lain :
- Kondisi benih sehat, tidak cacat/luka dan gerakan
lincah
- Warna sisik tidak terlalu hitam
- Sisik tubuh lengkap/tidak ada yang lepas
- Tubuh tidak kaku
- Ukuran seragam
Penebaran benih dilakukan 5 hari
setelah pemupukan, dengan padat tebar dan tinggi air sesuai ukuran benih (lihat
Tabel 4.3). Penebaran dilakukan pada pagi atau sore hari pada saat suhu udara
rendah. Sebelum ditebar, dilakukan penyesuaian suhu air dalam wadah angkut
dengan suhu air kolam (proses aklimitasi) dengan cara memasukkan air kolam
sedikit demi sedikit secara perlahan ke dalam wadah angkut. Setelah terjadi
penyesuaian suhu, wadah angkut dimasukkan ke dalam kolam. Air akan bercampur
sedikit demi sedikit dan ikan-ikan akan keluar dan berenang ke tengah kolam.
Masing-masing daerah sentra ikan gurami mempunyai sebutan ukuran yang
Masing-masing daerah sentra ikan gurami mempunyai sebutan ukuran yang
berbeda dalam perdagangannya. Di pasar ikan Purbalingga disebut (ki-ka) ukuran
2 jari, bungkus korek, 3 jari dan tampelan
Tabel
4.3. Padat tebar benih, tinggi air dan jenis pakan
Tahap
|
Tinggi
Air
|
Padat
Tebar/M2
|
Jenis
pakan
|
D1
|
30-40
cm
|
40-60
ekor
|
Pakan
alami (zooplanton), tubifex, tepung ikan atau pelet halus
|
D2
|
40-50
cm
|
30-40
ekor
|
Tepung
ikan, bungkil atau pelet remah
|
D3
|
50-60
cm
|
20-30
ekor
|
Pelet
remah/pelet kecil
|
D4
|
60-80
cm
|
±
20 ekor
|
Pelet
atau daun-daunan (sente, talas, kajar)
|
D5
|
80-100
cm
|
±
20 ekor
|
Pelet
dan atau daun-daunan
|
b. Pemberian pakan
Selama masa pertumbuhannyam ikan
gurami mengalami perubahan tingkah laku makan (feeding habit) yang sangat
signifikan. Larva bersifat karnivora (pemakan daging) sampai dengan ukuran dan
umur tertentu, sedangkan juvenil muda bersifat omnivora (pemakan segala) dan
setelah ukuran induk menjadi herbivora (pemakan daun). Pola perubahan tersebut
terkait dengan pola perubahan enzimatik dalam saluran pencernaannya.
Adapun jenis pakan ikan gurami
terdiri dari pakan alami (organik) berupa daun-daunan maupun pakan buatan
(anorganik), berupa pelet. Pakan alami yang digunakan antara lain daun sente
(Alocasia macrorrhiza (L), Schott), pepaya (Carica papaya Linn), keladi
(Colocasia esculenta Schott), ketela pohon (Manihot utililissima Bohl), genjer
(Limnocharis flava (L) Buch ), Kimpul (Xanthosoma violaceum Schott), Kangkung
(Ipomea reptans Poin), Ubi jalar (Ipomea batatas Lamk), ketimun (Cucumis
sativus L), labu (Curcubita moshata Duch en Poir), dadap (Erythrina sp).
Foto
8 : Daun Sente.
Merupakan salah satu pakan ikan gurami yang lazim digunakan
Bahan makanan buatan berupa pelet
dibuat dari bahan makanan ternak, baik hewani maupun nabati. Komposisinya dapat
diatur sedemikian rupa untuk memenuhi kebutuhan ikan. Daftar bahan makanan yang
dapat di buat pelet adalah sebagai berikut :
Tabel
4.4. Kadar protein beberapa jenis bahan makanan
Jenis
Bahan Makan
|
Kadar
Protein
(dlm%-an
bobot)
|
Tepung
ikan
|
60
|
Tepung
daging/ayam
|
80
|
Tepung
udang
|
46
|
Tepung
darah
|
85
|
Tepung
kedele
|
36
|
Tepung
gandrung
|
9
|
Dedak
halus
|
15
|
Kacang
hijau
|
23
|
Bungkil
biji kapuk
|
27
|
Komposisi makanan yang ideal bagi
pertumbuhan ikan adalah makanan yang berkadar protein 40%. Namun untuk
efisiensi biaya, persentase pemberian makanan buatan ini hendaknya disesuaikan
dengan persediaan makanan yang telah ada dalam kolam. Bila masih cukup banyak,
cukup diberikan makanan buatan dengan kadar protein 20-30% saja.
Pengaturan komposisi makanan yang
cukup menggunakan 3 bahan makanan, misalnya 33 bagian tepung ikan, 2 bagian
tepung daging dan 65 bagian dedak halus, dengan perhitungan kadar protein
keseluruhan adalah sebagai berikut (M. Sitanggang, Budidaya Gurami, 1990) :
(60/10×33)+(80/100×2)+(15/100×65)
= 31,1 %
Selain pakan buatan buatan pabrik
berupa pelet, pembudidaya dapat pula membuat sendiri pakan ikan. Pembuatan
pakan buatan sendiri akan menurunkan biaya produksi karena lebih murah. Adapun
bahan-bahan yang biasanya digunakan untuk pakan benih ikan adalah dedak, ikan
asin, bungkil dan minyak ikan.
Jenis pakan ikan gurami dapat
dilihat pada Tabel 4.3. Untuk benih yang masih kecil diberi pakan yang
berukuran kecil berupa zooplankton, tubilex dll dimana seiring dengan semakin
besarnya ikan makan dapat mnggunakan pakan dengan ukuran yang lebih besar dan
pakan berupa daun-daunan. Pada usaha budidaya yang hanya menggunakan pakan
daun-daunan (teknologi tradisional) pertumbuhan ikan relatif lambat. Sebagai
gambaran, berdasarkan pengalaman pembudidaya pemeliharaan benih ikan ukuran 200
gram dengan hanya diberi pakan daun-daunan saja membutuhkan waktu 1 tahun untuk
mencapai ukuran 500 gram, sedangkan jika menggunakan pelet dan daun-daunan
hanya membutuhkan waktu 4 bulan untuk mencapai ukuran 500 gram. Sehingga
dianjurkan untuk dilakukan kombinasi antara daun-daunan dengan pelet.
Kebutuhan pakan berupa pelet per
hari adalah 3% dari berat ikan namun jika pakan berupa daun-daunan kebutuhan
pakan perhari sebanyak 5-10% dari berat ikan. Untuk penggunaan pakan secara
kombinasi diberikan pelet sebanyak 1,5% per hari dari berat ikan dan hijauan
sebanyak 5% per hari dari berat ikan. Pemberian pakan secara teratur dalam
jumlah yang tepat dapat menghasilkan pertumbuhan ikan gurami yang optimal.
Konversi pakan untuk pemeliharaan dalam kolam adalan 1,5-2%, artinya untuk
menghasilkan 1 kg daging ikan memerlukan pakan sebanyak 1,5 kg sampai dengan 2
kg. Untuk memberikan pakan yang tepat sesuai kebutuhan dilakukan sampling berat
ikan.
c. Pemanenan
Pemanenan ditahap pendederan
dilakukan setelah benih mencapai berat 20-25 gram. Dalam pelaksanaan pemanenan
yang perlu diperhatikan antara lain :
- Waktu pemanenan sebaiknya pagi atau sore hari
- Untuk memudahkan penangkapan, sebelum dilakukan
penangkapan perlu dimasukkan daun pisang ke dalam kolam sebagai tempat
berkumpulnya benih ikan.
- Proses penangkapan dilakukan secara hati-hati sehingga
tidak sampai menyebabkan lepasnya sisik terutama pada bagian punggung
- Penangkapan benih ikan di kolam dilakukan pada kondisi
temperatur air rendah dan tidak dalam kondisi hujan. Saat penangkapan
kedalaman air kolam dibiarkan setinggi 20-30 cm.
- Pengangkutan benih juga sebaiknya dilakukan pada
pagi/sore hari. Wadah angkut yang digunakan berupa drum (Volume 200 lt)
atau jerigen. Drum diisi air setengan dari volume, posisi drum ditidurkan.
Jumlah benih dalam setiap drum berkisar antara 10-15 kg tergantung lamanya
proses pengangkutan.
Setelah pemanenan, benih di jual
kepada pengusaha pembesaran gurami atau dipelihara lagi di kolam lain untuk
mendapatkan ukuran ikan yang lebih besar. Untuk mengupayakan agar tingkat
kematian benih rendah, dalam pengiriman benih menggunakan jerigen atau drum
yang diisi air bersih dan selama pengiriman benih ikan tidak diberi pakan
(perut dikosongkan).
Foto
9 : Wadah dan Alat Angkut Benih.
Benih yang siap dijual ditampung dalam jerigen yang dibuka dibagian sisinya dan
diangkut dengan kendaraan angkut
(4). Pembesaran
Dalam tahapan pembesaran, luas kolam
optimal sekitar 200 m2 dengan konstruksi kolam berupa kolam tanah. Kedalaman
air kolam sekitar 1 m dari dasar kolam dibuat tidak terlalu berlumpur. Persiapan
kolam dalam tahapan ini tidak jauh berbeda dengan persiapan yang dilakukan pada
tahap pendederan.
Ikan yang dipelihara dapat berukuran
berat 200-250 gram/ekor dan ditebar dengan kepadatan benih ± 1 -2 kg/m2. Pakan
yang diberikan terdiri dari pelet dengan jumlah pemberian sebanyak 1,5 – 2%
pada pagi dan sore hari serta daun-daunan sebanyak 5% diberikan pada sore hari.
Dalam waktu 4 bulan ikan akan mencapai ukuran konsumsi dengan berat 500-700
gram/ekor.
Pemanenan dilakukan sama seperti
pada tahap pendederan, hanya saja pada tahap pembesaran pemanenen sebaiknya
tanpa menggunakan alat tangkap.
Foto 10 : Ikan Gurami Konsumsi
Dipasarkan dengan berat di atas 500 gram
HAMA DAN PENYAKIT
Hama yang biasanya menganggu ikan
gurami adalah ikan liar pemangsa seperti gabus (Ophiocephalus striatur BI),
belut (Monopterus albus Zueiw), lele (Clarias batrachus L) dan lain-lain. Musuh
lainnya adalah biawak (Varanus salvator Dour), kura-kura (Tryonix cartilagineus
Bodd), katak (Rana spec), ular dan bermacam-macam jenis burung. Beberapa jenis
ikan peliharaan seperti tawes, mujair dan sepat dapat menjadi pesaing dalam
perolehan makanan. Oleh karena itu sebaiknya benih gurami tidak dicampur
pemeliharaannya dengan jenis ikan yang lain. Untuk menghindari gurami dari ikan-ikan
pemangsa, pada pipa pemasukan air dipasangi serumbung atau saringan ikan agar
hama tidak masuk dalam kolam.
(2). Penyakit
Gangguan penyakit dapat berupa
penyakit non parasiter dan penyakit parasiter. Gangguan penyakit dapat lebih
mudah menyerang ikan gurami pada saat musim kemarau dimana suhu menjadi lebih
lebih dingin.
Penyakit non parasiter adalah
penyakit yang timbul bukan karena serangan parasit, tapi biasanya bersumber
dari faktor lingkungan fisika dan kimia air dan makanan. Penyakit ini bisa
berupa pencemaran air karena adanya gas beracun seperti asam belerang atau
amoniak, kerusakan akibat penangkapan atau kelainan tubuh karena keturanan.
Untuk mengetahui gangguan yang dialami oleh ikan yang dipelihara dapat
diketahui dari pengamatan terhadap ikan. Bila ada gas beracun dalam air, ikan
biasanya lebih suka berenang pada permukaan air untuk mencari udara segar.
Penyakit parasiter diakibatkan
parasit. Parasit adalah hewan atau tumbuh-tumbuhan yang berada pada tubuh,
insang, maupun lendir inangnya dan mengambil manfaat dari inang tersebut.
Parasit dapat berupa udang renik, protozoa, cacing, bakteri, virus, jamur dan
berbagai mikroorganisme lainnya. Berdasarkan letak penyerangannya parasit
dibagi menjadi dua kelompok yaitu ektoparasit yang menempel pada bagian luar
tubuh ikan dan endoparasit yang berada dalam tubuh ikan.
Ciri-ciri ikan yang terkena penyakit
parasiter adalah sebagai berikut :
- Penyakit pada kulit :Pada bagian tertentu kulit berwarna merah, terutama pada bagian dada, perut dan pangkal sirip. Warna ikan menjadi pucat dan tubuhnya berlendir.
- Penyakit pada insang :Tutup insang mengembang, lembaran insang menjadi pucat, kadang-kadang tampak semburat merah dan kelabu.
- Penyakit pada organ dalam :Perut ikan membengkak, sisik berdiri. Kadang-kadang sebaiknya perut menjadi amat kurus, ikan menjadi lemah dan mudah ditangkap.
Salah satu parasit yang sering
menyerang ikan gurami adalah Argulus indicus yang tergolong Crustacea tingkat
rendah yang hidup sebagai ektoparasit, berbentuk oval atau membundar dan
berwarna kuning bening. Parasit ini menempel pada sisik atau sirip dan dapat
menimbulkan lubang kecil yang akhirnya akan menimbulkan infeksi. Selanjutnya
infeksi ini dapat menyebabkan patah sirip atau cacar. Parasit lainnya adalah
bakteri Aeromonas hdyrophyla, Pseudomonas, dan cacing Thematoda yang berasal
dari siput-siput kecil.
Untuk mencegah penyakit ini dapat
dilakukan dengan mengangkat dan memindahkan ikan ke dalam kolam lain dan
melakukan penjemuran kolam yang terjangkit penyakit selama beberapa hari agar
parasit mati. Parasit yang menempel pada tubuh ikan dapat disiangi dengan
pinset. Sementara pengobatan bagi ikan-ikan yang penyakitnya lebih berat dapat
menggunakan bahan kimia seperti Kalium Permanagat (PK), neguvon dan garam
dapur.
Selain penggunaan bahan kimia
tersebut di atas, petani di daerah Banyumas menggunakan laun lambesar
(Chromolaena odorata (L), RM King & H. Robinson ) sebagai antibiotik. Daun
lambesan dimasukkan ke dalam kolam sebelum ikan di tebar yaitu pada saat
pengolahan kolam. Banyaknya daun lambesan yang dipakai adalah 1 pikul (yaitu
kurang lebih 50 kg) untuk luas tanah 25 m2. Penggunaan daun ini adalah 1 untuk
1 masa tanam.
Penggunaan obat-obatan kimia untuk
ikan konsumsi tidak dilanjutkan mengingat dampak yang tidak baik kepada konsumen.
Kalaupun diberikan obat-obatan tidak boleh langsung di jual kepada konsumen
akhir. Penggunaan obat-obatan pada ikan konsumsi juga sebaliknya tidak
diberikan apabila ikan hendak diekspor. Besarnya ikan-ikan konsumsi yang mati
dibuang.
Foto 11 : Daun Lambesan
PENANGANAN BAU LUMPUR PADA DAGING
IKAN GURAMI
Salah satu permasalah yang dihadapi
pada budidaya ikan gurami adalah adanya cita rasa lumpur pada daging ikan
gurami yang berasal dari bau yang ditimbulkan oleh lingkungan terutama pada
budidaya intensif di kolam dengan sistem air tergenang. Berdasarkan hasil
penelitian Balai Penelitian Perikanan Air Tawar, Departemen Kelautan dan
Perikanan, bau lumpur secara umum dan khusus pada ikan gurami dapat dihilangkan
dengan perlakuan berupa pemberokkan ikan gurami pada air yang bersalinitas 8
atau 12 ppt selama 7 hari. Pemberokan ikan gurami ini mengakibatkan perubahan
waktu kulit yang semula sangat mengkilat menjadi kusam, dan tesktur semula
lembek (banyak mengandung air dan mudah pemisahaan) menjadi kenyal (struktur
daging kompak, kering dan tidak mudah terjadi pemisahan). Setelah pemberokan
selama 7 hari ternyata menyebabkan daging ikan terasa sangat gurih.
Praktik yang dilakukan oleh petani
di daerah Beji Banyumas ikan dari Beji yang bercita-rasa rasa lumpur
dikarantina dalam kolam khusus dan hanya di beri pakan berupa daun sente selama
kurang lebih 7 hari. Setelah itu cita rasa lumpur yang biasanya telah hilang.
Hal ini kemungkinan dikarenakan kualitas air di daerah tersebut yang relatif
jernih dan tidak banyak mengandung lumpur.
KENDALA PRODUKSI
Penyakit sering kali menjadi kendala karena dapat
mengakibatkan menurunnya jumlah produksi ikan yang dapat di jual. Untuk
mempercepat timbulnya penyakit maka diupayakan untuk menjaga kondisi kolam
agar memenuhi persyaratan yang ditetapkan, disamping petani dapat
menghubungi dinas atau Balai Benih Ikan setempat.
- Gangguan musim umumnya terjadi pada saat musim kemarau
yang mengakibatkan suhu lebih dingin sehingga oksigen berkurang dan ikan
mudah terserah penyakit. Perubahan suhu yang dapat ditoler ikan adalah 5oC.
Untuk mengantisipasi perubahan suhu dapat dilakukan pengaturan air masuk
dan air keluar.
- Sikap petani yang masih sulit mengubah pola budidaya
ikan ke arah yang lebih intensif dan cendrung tetap mempertahankan pola
budidaya yang telah dilakukan secara turun temurun. Akibatnya jumlah
produksi gurami yang masih belum dapat memenuhi permintaan pasar. Dalam
hal ini Dinas terkait perlu meningkatkan pembinaan kepada petani agar mau
menerapkan pola budidaya yang lebih baik.